Sabtu, 30 Juli 2011

Misteri Situs Menhir Cihunjuran


13103899761117037438
Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Banten.
SAAT menuju Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang, Kamis (7 Juli 2011), perjalanan saya dihentikan oleh sebuah plang bertuliskan “Situs Salakanagara”. Saya pun tertarik mendatanginya, karena dari kata “Situs” saya sudah menduga tempat tersebut memiliki nilai sejarah.
13103900481423654860
Plang petunjuk Situs Salakanagera di Desa Cikoneng.
Setelah melintasi hamparan sawah, perjalanan terhenti di sebuah kampung kecil yang hanya berisi sekitar sepuluh rumah. Sepeda motor pun saya parkir, karena perjalanan selanjutnya harus ditempuh dengan berjalan kaki menelusuri pematang sawah. Hanya dalam tempo 10 menit saya sudah sampai di lokasi tujuan.
Sesampai di lokasi, pandangan langsung tertuju pada sebuah kolam yang didasarnya terdapat beberapa buah batu-batu besar yang sebagian menyembul ke permukaan. Lalu, saya menuju sebuah bangunan yang masih tampak baru. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah makam yang batu nisannya dibungkus dengan kain putih. Di atas makan tersebut terdapat sebuah pohon besar yang berdiri kokoh.
13103901331032212825
Makam Wali Jangkung Angling Dharma.
Saat itu ada beberapa orang yang sedang berziarah dan salah seorang di antaranya mengeran-erang layaknya seorang yang sedang kesurupan. Lantaran ruangan tersebut gelap, saya hanya bisa mendengar suaranya meneriakkan kata,”Allaaahu Akbarrr…Allaaahu Akbarrr…Allaaahu Akbarrr…”. Suasananya membuat saya merasa tak ingin berlama-lama berada dalam bangunan itu. Saya pun segera keluar.
Setelah beberapa saat mengamati suasana di luar, saya mendatangi sebuah warung yang berada di dalam lokasi Situs Salakanagara. Saya sempat menanyakan tentang makam yang ada di dalam bangunan tersebut. “Itu makamnya Ki Jangkung Angling Dharma,” kata si pemilik warung tanpa bisa menjelaskan lebih jauh atau lebih banyak tentang kisah masa silam Ki Jangkung Angling Dharma.
Saya langsung membuka laptop dan mendatangi “Ki Google”. Meskipun terpaksa menunggu agak lama karena sinyal “byar-pet”, akhirnya “Ki Google” memberikan beberapa keterangan yang lebih lengkap tentang cerita masa silam Ki Jangkung Angling Dharma.
13103902211467245890
Kolam purba yang di dalamnya terdapat menhir. Jadi sumber pengairan sawah.
Salakanagara adalah nama sebuah kerajaan, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta. Salakanagara diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Informasi tersebut membuat wawasan saya mengenai Banten menjadi tambah luas.
Salakanagara artinya Negara Perak, didirikan pada tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota Pandeglang, kota yang ketika terkenal dengan hasil logamnya.
Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata “panday” dan “geulang” yang artinya pembuat gelang. Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak sekarang. Merak dalam bahasa Sunda artinya “membuat perak”.
13103904421188727453
Bangunan yang di dalamnya terdapat makam Wali Jangkung.
Sebagian lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata “Salaka” dan kata “Salak” yang hampir sama.  Dari sini pula saya ketahui, bahwa situs di Cihunjuran terdapat beberapa batu-batu purba (menhir) serta kolam pemandian purba tepatnya seperti zaman Megalitikum. Bukan hanya batu-batuan dan kolam purba yang menarik, tetapi juga keberadaan makam Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam.
Aki Tirem adalah tokoh awal yang berkuasa di sini. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang. Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
13103905042071899845
Plang nama Situs Salakanagara.
Situs Cihunjuran hanyalah salah satu dari beberapa situs lainnya seperti situs di Citaman, Pulosari dan Ujung Kulon, yang menjadi bukti sejarah tentang keberadaan Kerajaan Salakanagara di Banten Selatan. Di sini pula terdapat Batu Dolmen, tumpukan menhir dan Batu Dakon serta Batu Peta yang sampai saat ini belum ada satu orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut.
Kerajaan Salakanagara ada sejak abad ke-1, merupakan kerajaan tertua yang ada di Nusantara yang didirikan Dewawarman. Dewawarman merupakan duta dari Kerajaan India yang diutus ke Nusantara (Pulau Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhur Mulia dengan putrinya yang bernama Larasati Sri Pohaci. Setelah Dewawarman menjadi menantu dari Aki Tirem Luhur Mulia diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I (pertama) yang kemudian memikul tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara.
Saat menjadi Raja Dewawarman I dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Kerajaan Salakanagara beribukota di Rajatapura yang sampai tahun 363 menjadi pusat Pemerintahaan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I-VIII).
Dewawarman lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Prabu Angling Dharma dan Wali Jangkung. Nama inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan apakah Angling Dharma/Wali Jangkung hanya sebuah cerita rakyat biasa tanpa fakta? Atau nama tersebut sebenarnya nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia, mertua Dewawarman? Samakah Angling Dharma yang ada di Jawa Tengah dengan Angling Dharma versi masyarakat Cihunjuran?
Jika memang Angling Dharma itu nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia, lalu bagaimana dengan Wali Jangkung? Bukankah sebutan Wali hanya untuk orang-orang yang memeluk agama Islam? Jadi, apa sebenarnya agama yang dianut oleh Aki Tirem Luhur Mulia? Islam atau Hindu kah?
Dilihat dari ritual yang dijalankan oleh masyarakat setempat dapat diartikan bahwa Aki Tirem Luhur Mulia telah di-Islam-kan oleh penduduk setempat. Ritual yang dijalankan oleh masyarakat setempat terhadap situs kerajaan Salakanagara diantaranya: ziarah yang dilakukan di makam Aki Tirem Luhur Mulia yang menggunakan tata cara Islam mulai dari berwudhu dan bacaan-bacaan Ziarah. Itupula yang menjadi misteri.
Fakta kasat mata menunjukkan di Situs Cihunjuran terdapat tiga buah menhir yang terletak di sebuah mata air, yang pertama terletak di wilayah Desa Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng utara Gunung Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang.
Tanpa memberikan presisi dimensi dan lokasi administratif, tetapi dalam peta tampak berada di lereng sebelah barat laut Gunung Pulosari, tidak jauh dari kampung Cilentung, Kecamatan Pulosari (sekarang). Batu tersebut menyerupai batu prasasti Kawali II di Ciamis dan Batu Tulis di Bogor. Tradisi setempat menghubungkan batu ini sebagai tempat Maulana Hasanuddin menyabung ayam dengan Pucuk Umum. Masih di Cihunjuran juga terdapat Batu Dakon, tepatnya terletak di Kecamatan Mandalawangi. Batu ini memiliki beberapa lubang di tengahnya dan berfungsi sebagai tempat meramu obat-obatan.
Di puncak Gunung Pulosari terdapat menhir Batu Magnit yang menjadi lokasi puncak Rincik Manik, di Desa Saketi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Yaitu sebuah batu yang cukup unik, karena ketika dilakukan pengukuran arah dengan kompas, meskipun ditempatkan di sekeliling batu dari berbagai arah mata angin, jarum kompas selalu menunjuk pada batu tersebut.
Di lereng di lereng Gunung Pulosari, terdapat air terjun Curug Putri. Menurut cerita rakyat, air terjun ini dahulunya merupakan tempat pemandian Nyai Putri Rincik Manik dan Ki Roncang Omas. Di lokasi tersebut, terdapat aneka macam batuan dalam bentuk persegi, yang berserak di bawah cucuran air terjun.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang ada di nusantara dan bukan cerita legenda tanpa fakta. Hal itu dapat dilihat dari situs-situs peninggalan kerajaan tersebut. Tapi para ahli sejarah dan ahli arkeologi masih memperdebatkan keberadaan Kerajaan Salakanegara, sehingga menjadi sebuah misteri yang belum tersingkap.
Sumber Bacaan
Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Pustaka Jaya, 2005
.

0 komentar:

Posting Komentar